Social Icons

Pages

Sabtu, 05 Januari 2013

Anomali Cuaca dan Musim Tanam


Menyebar benih ditengah cuaca yang tak tentu
Jika ada orang yang berpendapat "jaman saiki jaman edan", tentulah benar. Tak hanya pola perilaku manusia namun musim pun dapat berubah. Seperti halnya musim di Indonesia yang menyebabkan berubahnya pula musim tanam di Indonesia. Para petani biasanya melihat perubahan musim dari rasi bintang pun sekarang sudah berubah. Rasi bintang sudah tidak akurat lagi. Padahal pada zaman dahulu, dengan melihat bintang saja para petani sudah bisa memprediksi musim tanam. Saat ini musim sudah bercampur, hujan di musim kemarau dan banjir di musim penghujan.

Sehingga masa tanam pun membingungkan. Perubahan cuaca yang tak menentu inilah yang biasa disebut Anomali (penyimpangan) cuaca. Anomali cuaca ini sulit diperkirakan, tidak hanya mengakibatkan puso atau gagal panen, tetapi juga memaksa petani menanam ulang padi karena terjangan banjir atau kekeringan.

Sama seperti yang terjadi di Klaten, Madubranta berhasil mewawancarai pak Trisno Tiyoso salah satu petani yang ada disana. Beliau menganggap bahwa dengan adanya anomali cuaca, itu merupaka sebuah ujian untuk naluri pertaniannya. Pak Trisno menganggap bahwa ilmu yang ia peroleh turun temurun tentang pertanian sudah cukup untuk mengatasi anomali cuaca ini.

Curah hujan di setiap tempat berbeda-beda, di Klaten biasanya musim tanam (MT) tanaman padi harus dimulai pada bulan Oktober, sehingga pada bulan Desember bisa dipanen. Sedangkan musim tanam kedua, kata dia, harus dimulai pada bulan Maret. Musim tanam satu dan dua biasanya para petani perlu pintar menyiasati pengairan air di sawah. Tidak seperti pada musim tanam tiga dimana petani tidak terlalu membutuhkan air karena hanya menanam palawija.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar