oleh Arif Nur Setiawan
Program Studi Jawa FIB UI 2010,
Kepala Departemen Sosial Masyarakat BEM FIB UI 2012
Tumpeng Robyong |
Tumpeng merupakan salah satu hasil karya masyarakat Jawa. Makna tumpeng secara leksikal tertera dalam Kamus Baoesastra Djawa (Poerwadarminta, 1937) sega diwangun pasungan ‘nasi dibentuk kerucut’. Arti tumpeng dalam Kamus Baoesastra Djawa tersebut serupa dengan artu pada Kamus Jawa Kuna-Indonesia (Mardiwarsito, 1981) ‘nasi dibentuk seperti kerucut untuk selamatan’, sedang arti tumpeng dalam Kamus Jawa Kuna-Indonesia (P.J. Zoetmulder, 2011) tumpĕŋ ‘tumpeng’. Arti tersebut juga diperkuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu nasi yang dihidangkan dalam bentuk seperti kerucut (untuk selamatan, dsb).
Terdapat berbagai macam tumpeng dalam tradisi masyarakat Jawa, antara lain sebagai berikut:
1. Tumpeng Putih, yaitu tumpeng yang memakai kuluban ‘urap’ yang bumbunya tidak pedas. Urap ditata dipinggir tumpeng. Sayuran dalam urap harus berjumlah ganjil.
2. Tumpeng Kuning, yaitu tumpeng yang warna nasinya kuning. Lauk pauknya berupa tahu, tempe, telur ayam, dan memakai urap.
3. Tumpeng Robyong, yaitu tumpeng yang digunakan untuk upacara dalam khitanan, hajatan, yang sifatnya bergembira atau suka cita. Tumpeng jenis ini memiliki ciri khas, yaitu di ujung atas tumpeng terdapat telur ayam utuh, terasi bakar, bawang merah utuh, dan cabai merah, kesemuanya ditusuk seperti satai menggunakan bilah dari bambu atau sujen. Di sekelikingnya ditancapi sayur-sayuran, sehingga terkesan meriah.
4. Tumpeng Robyong Gundhul, yaitu hampir sama dengan Tumpeng Robyong di atas, namun di sekelilingnya tidak ditancapi sayur-sayuran. Biasanya tumpeng jenis ini di buat sepasang, tetapi yang satunya tidak menggunakan telur ayam melainkan ayam hidup.
5. Tumpeng Gundhul, yaitu tumpeng yang tidak memakai lauk pauk.
6. Tumpeng Ropoh, yaitu tumpeng putih yang memakai pisang Raja dan pisang Pulut.
7. Tumpeng Kencana, yaitu tumpeng yang terbuat dari ketan dan lauknya adalah telur dadar. Tumpeng jenis ini memakai urap.
8. Tumpeng Bango Tulak, yaitu tumpeng yang digunakan sebagai tolak balak. Tumpeng jenis ini memiliki ciri khas yaitu di bagian bawah berwarna hitam dan berwarna putih di bagian atasnya.
9. Tumpeng Panggang, yaitu tumpeng yang menggunakan urap dan lauknya ayam panggang.
10. Tumpeng Dhuplak, yaitu tumpeng yang memakai telur ayam rebus, tahu, tempe, ayam panggang, dan urap.
11. Tumpeng Kendhit, yaitu tumpeng putih yang memakai parutan kunyit dan tengah tumpeng berwarna putih.
12. Tumpeng Megana, yaitu tumpeng yang menggunakan urap, sayur-sayuran, dan ikan asin berbumbu pedas. Tumpeng jenis ini digunakan untuk upacara wetonan.
13. Tumpeng Urubing Damar, yaitu tumpeng yang digunakan untuk sesaji kepada Ratu Pantai Selatan. Tumpeng ini berbentuk kecil dan di sebelah kiri dan kanannya terdapat lampu yang terbuat dari bambu.
14. Tumpeng Pangkur, yaitu tumpeng yang digunakan untuk selamatan orang meninggal dunia. Tumpeng jenis ini berwarna putih dan lauk pauknya hampir sama seperti tumpeng yang lain.
Berbagai macam jenis tumpeng di atas, sering digunakan oleh masyarakat Jawa untuk keduri atau merayakan suatu peristiwa penting, yaitu mulai dari dalam kandungan hingga meninggal dunia. Dalam tumpeng terkandung berbagai macam filosofi, misalnya: (1) tumpeng merupakan lambang kemakmuran; (2) tumpeng sebagai lambang rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan (3) tumpeng merupakan simbol penyeimbang alam semesta.
Kurang Lengkap info nya -_- , ttp trmksh lah !
BalasHapus