Social Icons

Pages

Sabtu, 24 November 2012

Awal Mula Candi

Candi Borobudur, Dibangun Pada Masa Mataram Kuno
Candi, sebuah bangunan yang erat kaitannya bangunan sejarah dan keagamaan. Pada zaman dahulu pembangunan sebuah candi sangat erat kaitannya dengan sebuah kerajaan dan perkembangan agama Hindu dan Buddha di Indonesia sejak abad ke 5 hingga abad 14. Ajaran Hindu dan Buddha yang masuk ke nusantara berasal dari India, sehingga pengaruh budaya India sangat terlihat pada arsitektur candi. Mulai dari teknik pembangunan, gaya arsitektur, hiasan dan sebagainya. Walaupun begitu, pengaruh kebudayaan lokal sangat kuat sehingga terdapat perpaduan antara budaya India dan Indonesia. Hal ini menyebabkan candi-candi yang berada di Indonesia memiliki karakter unik tersendiri. Biasanya pada dinding candi terdapat relief yang menceritakan sebuah ajaran.

Sampai saat ini terdapat banyak candi di Indonesia, tersebar di pulau Jawa, Sumatera dan Bali. Banyak candi yang hanya tinggal reruntuhan namun banyak juga yang sampai sekarang masih utuh dan digunakan untuk upacara keagamaan. Keindahan dan keanggunan bangunan candi merupakan penggambaran kebesaran seorang raja yang berkuasa pada masa itu. Candi-candi Hindu yang ada di Indonesia umumnya dibangun oleh raja semasa hidupnya. Arca dewa, Dewa Wisnu, Dewa Brahma, Dewa Tara dan Dewi Durga yang dibuat pada candi merupakan perwujudan leluhur raja. Sebagian candi di Indonesia ditemukan dan dipugar pada abad ke 20. Pada tanggal 14 Juni 1913 kolonial Belanda membentuk badan kepurbakalaan yang diberi nama Oudheidkundige Dienst (OD).

Pada abad ke 7 hingga abad 8 di Jawa Tengah, terdapat kerajaan Hindu bernama Kalingga. Diperkirakan pada abad awal ke 8, Kalingga berubah nama menjadi Mataram. Selanjutnya, pada saat Mataram diperintah oleh Sanjaya, mulailah candi-candi dibangun. Salah satunya candi Siwa yang terdapat di Dieng.
Disamping letak dan bangunannya, candi di Jawa Tengah mempunyai ciri khas dalam relief yaitu dalam pahatan reliefnya yang dibuat secara naturalistis dan tokoh yang menghadp ke depan.
Candi di Jawa Tengah dan Jogjakarta berjimlah puluhan dan umunya mempunyai kaitan yang erat dengan kerajaan Mataram Hindu. (PDS)

Situs Batu Jaya: Kokoh Berdiri karena Kulit Padi dan Kulit Kerang

Candi Batu Jaya

Tahun 2009 lalu, sebuah penemuan besar telah mengubah sejarah di Indonesia khususnya tanah Jawa. Posisi Candi Borobudur yang pada awalnya memperoleh predikat sebagai candi buddha terbesar dan tertua di Indonesia, kini tergeser setelah penemuan kompleks candi di Karawang. Situs percandian Batu Jaya, yang secara tidak sengaja ditemukan warga di tengah areal persawahan. Tumpukan batu bata yang semula diacuhkan oleh warga, ternyata merupakan sebuah bangunan candi. Setelah dilakukan penggalian dan peneletian lebih lanjut, ditemukan candi-candi lainnya yang menjadi satu kompleks percandian yang sangat luas. Luas areanya melebihi luas area Candi Borobudur.
Dari hasil penelitian oleh tim yang diketuai oleh arkeolog UI, Hasan Djafar, diketahui bahwa kompleks percandian Batu Jaya dibangun sekitar abad ke 3 hingga 4 masehi. Lebih tua dari Candi Borobudur yang dibangun sekitar abad ke 8 masehi. Penelitian dilakukan dengan menguji kadar karbon yang terdapat dalam batu bata penyusun bangunan.
Meski berusia lebih tua dari Candi Borobudur, pembangunan candi-candi di Batu Jaya tidak kalah hebat dengan candi yang dibangun pada Wangsa Syailendra itu. Teknologi serta ilmu pengetahuan yang tinggi mendasari pembangunan candi. Hal ini terlihat salah satunya dari lapisan pelindung bangunan. Lapisan di beberapa bagian candi dibuat guna mencegah korosi. Lapisan tersebut berasal dari campuran pasir dan tumbukan kulit kerang yang dikenal dengan stuko/stucco. Stuko/stucco ini juga digunakan sebagai perekat batu-batu kecil untuk membuat arca. Hal lain yang menunjukan bukti teknologi tinggi dalam pembangunan candi di Batu Jaya terlihat dari penggunaan bahan baku bangunan. Batu bata yang digunakan merupakan campuran tanah liat dengan kulit padi atau sekam. Campuran sekam dapat menghantarkan panas dengan baik ketika batu bata dibakar sehingga diperoleh tingkat kematangan yang baik dan merata. Selain itu, penggunaan sekam juga menunjukan bahwa masyarakat sekitar sebagian besar bekerja pada bidang pertanian.
Jika tanpa didasari dengan teknologi dan pengetahuan tinggi, tentu saat ini situs Batu Jaya yang menyimpan kisah masa lampau tidak pernah terungkap. Kompleks percandian yang dibangun pada tahun 3 hingga 4 masehi masih dapat kita lihat meskipun dalam bentuk yang tidak utuh. Kecerdasan dalam memanfaatkan bahan-bahan alam yang sebaiknya dapat dilestarikan. (RN)

Fakta Tentang Warteg


Kowe Wis Ngerti Apa Durung
Fakta Tentang Warteg

  • Jumlah warteg di Jakarta dari tahun ke tahun semakin menurun hingga kini mencapai 10.000 warung.
  • Di Jalan Kenari 1, Salemba, Jakarta Pusat, terdapat sebuat warteg yang mulai dari pemilik hingga keenam karyawannya bernama SRI.
  • Harga untuk seporsi nasi dengan telur dadar ala warteg di Papua mencapai Rp.20.000/porsi
  • Jangan kaget kalau makan di warteg dengan pengunjung perempuan berbusana minim, tubuh wangi, tetapi wajah kucel yang baru kelar dugem. Cobalah kunjungi warteg Warmo di daerah Tebet Raya, Jakarta Selatan, pada Sabtu dini hari atau Minggu dini hari.
  • Tidak hanya restoran sekelas KFC dan McD saja yang menggunkan fasilitas wifi gratis. Warteg Benyta yang beralamat di jalan Ngablak Indah nomor 57-58, Semarang sebagai contoh,  juga menyediakan fasilitas wifi gratis.
  • Ide teknologi touchscreen (layar sentuh) yang kini diaplikasikan dalam perangkat gadget masa kini ternyata terinspirasi dari cara memilih menu makanan di warteg. Tidak percaya? Coba saja pikirkan. (RR)


Tata Kelola Warteg

Penyajian Makanan di Warteg
Antara/Prasetyo Utomo
Dibalik kesederhanaan bilik Warteg dan kenikmatan sajian warteg, ternyata ada hal-hal luar biasa dibaliknya. Seperti tata kelola sebuah warteg yang ternyata dikelola oleh warga Tegal yang masih terikat hubungan darah.  Umumnya, Warteg dikelola oleh kelompok keluarga yang bergantian mengelola. Bila tak kebagian mengelola, mereka pulang ke kampung mengelola lahan pertanian yang ada. Berbeda dengan Rumah Makan Padang yang juga umumnya dikelola oleh tenaga kerja laki-laki. pemanfaatan tenaga kerja laki-laki pada Warteg disebabkan oleh alasan praktis, tidak memperhitungkan sistem nilai matriarkhi di Minang yang kabarnya mendudukkan perempuan dalam posisi kultural yang tinggi.

Selain Desa Sidokaton, Desa Sidapurna dan Krandon di Kabupaten Tegal juga dikenal sebagai kampung pewarteg. Mereka turun-temurun mewariskan sistem pengelolaan warteg sebagai mata pencarian yang tak monopolistik. Satu warteg bisa menghidupi 2-3 keluarga yang masih terhubung persaudaraan.

RM Padang mengasosiasikan diri dalam Ikatan Warung Makan Padang Indonesia (Iwapin) yang membawahi tak kurang 20.000 warung se-Jakarta. Sedangkan pengusaha warteg bergabung dalam Koperas Warung Tegal (kowarteg). Berbeda dengan RM Padang yang telah masuk mall, dan menggurita dalam franchise yang tersebar pada banyak kota. Namun warteg masih tak beranjak dari tempatnya di sela-sela sesaknya kota.

Budayawan yang juga dalang kondang di Tegal, Ki Enthus Susmono, mengakui, paseduluran pewarteg hingga kini masih kuat dan dapat dirasakan. Nilai itu diwariskan turun-temurun. Persaudaraan itu terbangun dari etos kerja mereka selama ini saat bekerja di warteg. (PDS)