Social Icons

Pages

Sabtu, 23 Juni 2012

Asal-usul Reog Ponorogo


Aksi  dadak merak dalam pertunjukan reog di sebuah kampung
menarik minat masyarakat. (Foto : Silvia Ranny W)

Oleh Irwan Suswandi, Mahasiswa Program Studi Jawa, Universitas Indonesia

Indonesia terkenal akan kebudayaannya yang beraneka ragam. Keberagamannya dapat terlihat di setiap sudut wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sayangnya, kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia tak diimbagi dengan rasa peduli dari masyarakat Indonesia. Sehingga tak heran, banyak pihak asing yang mengklaim budaya kita. Salah satu budaya yang sempat menjadi perbincangan karena adanya pengklaiman bangsa asing adalah reog Ponorogo. 

Reog sempat diklaim oleh bangsa Malaysia sebagai kebudayaan yang berasal dari negeri jiran tersebut. Malaysia menyebut tari reog dengan sebutan tari barongan. Tetapi, benarkah reog berasal dari Malaysia? Alangkah baiknya kita mengenal lebih dahulu tentang Reog.

Reog adalah salah satu kebudayaan yang berasal dari Jawa Timur, tepatnya di wilayah barat laut. Reog yang paling terkenal yaitu reog dari Ponorogo, sehingga terkenal dengan sebutan reog Ponorogo. Di Ponorogo, reog dipertunjukkan pertama kali pada tahun 1920. Dalam setiap pertunjukkannya, tidak hanya reog, tetapi juga ada tari jaran kepang dan bujangganong. 

Banyak versi tentang asal-usul dari reog Ponorogo. Setidaknya ada lima versi yang paling populer di masyarakat Ponorogo. Tetapi yang banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas adalah versi tentang Kerajaan Kediri. Dahulu, ada seorang putri kerajaan Kediri yang bernama Dewi Sanggalangit. Setelah didesak oleh kedua orang tuanya untuk segera menikah, Dewi Sanggalangit menerima permintaan dari orang tuanya itu dengan memberikan persyaratan kepada para calon suaminya, yang dia peroleh dari semedi. Persyaratannya, calon suami harus mampu menampilkan tontonan yang menarik, dengan membawa seratus empat puluh kuda kembar dan juga binatang berkepala dua. 

Setelah melakukan sayembara, hanya ada dua calon yang berani memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit, yaitu raja Kelanaswandana dan raja Singabarong. Raja Kelanaswandana adalah raja yang gagah dan tampan serta bijaksana yang berasal dari kerajaan Bandarangin. Tetapi raja Kelanaswandana memiliki kebiasaan buruk yaitu suka mencumbui anak laki-laki tampan yang dianggapnya sebagai gadis remaja yang cantik. Sedangkan raja Singabarong dari kerajaan Lodaya adalah raja yang bengis dan kejam. Dia memiliki rupa seperti harimau dan mempunyai peliharaan burung merak yang membantu memakan kutu di kepalanya yang membuatnya gatal.

Singkat cerita, raja Kelanaswandana telah berhasil mempersiapkan tontonan yang menarik dan mengumpulkan kuda kembar, tetapi belum bisa menemukan binatang berkepala dua. Sedangkan raja Singabarong hanya mampu mengumpulkan kuda kembar. Raja Singabarong berbuat curang dengan berencana merebut apa yang telah diciptakan oleh raja Kelanaswandana. Mendengar berita itu, raja Kelanaswandana marah dan menyerbu kerajaan Lodaya. Raja Kelanaswandana berhasil mengalahkan raja Singabarong. Selain berhasil mengalahkan raja Singabarong, dengan  senjata samandiman-nya, raja Kelanaswandana juga membuat burung merak yang saat itu sedang mematuk kepala raja Singabarong menyatu dengan kepala Singabarong. Sehingga kepala raja Singabarong tampak seperti binatang berkepala dua., yaitu kepala singa dan kepala merak. 

Raja Kelanaswandana akhirnya dapat memenuhi semua persyaratan Dewi Sanggalangit, dan dapat meminangnya. Dewi Sanggalangit diboyong oleh raja Kelanaswandana ke Bandarangin di Wengker, atau sekarang bernama Ponorogo. Setelah meminang Dewi Sanggalangit, kebiasaan Raja Kelanaswandana yang suka mencumbui anak laki-laki tampan bisa berhenti.

Itulah cerita singkat dibalik tari reog Ponorogo. Sekarang, reog telah mengalami perkembangan. Adapun Urut-urutan dari tari reog Ponorogo, yaitu warok, kemudian jatilan, bujangganong, kelanaswandana, barulah barongan atau dadak merak di bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar