Gereja Ganjuran Berarsitektur Gaya Joglo |
Gereja
Hati Kudus Yesus Ganjuran terletak di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pembangunan
gereja dimulai sekitar tahun 1924 atas prakarsa Joseph dan Julius Smutzer. Dua
bersaudara kebangsaan Belanda pemilik Pabrik Gula Gondang Lipuro, Bantul.
Setelah peresmiannya pada tahun 1930, gereja katolik ini sempat hancur akibat
gempa yang melanda Yogyakarta tahun 2006 silam. Kemudian dilakukan renovasi
tanpa menghilangkan unsur budaya Jawa dalam arsitektur bangunan.
Bentuk
bangunan Gereja Ganjuran menunjukan
keharmonisan antara budaya Jawa dengan agama Kristen Katolik. Atap gereja
berbentuk limasan, seperti atap rumah joglo. Bangunan gereja yang mengadopsi
bentuk rumah tradisional khas Jawa Tengah ini memang tidak hanya Gereja
Ganjuran. Banyak gereja lain yang juga berbentuk rumah joglo, salah satunya
Gereja St. Fransiskus di Cilandak Jakarta Selatan.
Selain
atap bangunan, unsur budaya Jawa lainnya terlihat dari bangunan candi yang
berada di sebelah kiri gereja. Candi tersebut tidak hanya difungsikan sebagai
penghias kompleks gereja, tetapi juga sebagai tempat ibadah. Terdengar pula alunan
musik gamelan yang mengiringi para umat ketika beribadah. Keunikan lain
terletak pada patung-patung yang terdapat di dalam kompleks gereja.
Patung-patung malaikat yang ada di sana mengenakan pakaian wayang orang.
Demikian halnya dengan patung Bunda Maria. Patung Yesus juga mengenakan pakaian
tradisional khas Raja Jawa dengan tangan menunjuk ke hati. Salah satunya
sebagai penunjuk nama gereja, Gereja Hati Kudus Yesus.
Hal
ini mengingatkan kepada kerusuhan yang pernah terjadi di Indonesia. Pertikaian
berlatarbelakang budaya dan agama. Kebenaran budaya diadu dengan kebenaran
agama. Belajar dari Gereja Ganjuran di Bantul, jika budaya dan agama bisa
berjalan dengan harmonis, kenapa harus dipertentangkan? (RN)
Foto: wikipedia
Referensi: yogyes.com & wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar