Oleh Sulis, Mahasiswa Sastra Jawa UI
Sendratari Ramayana, di plataran candi Prambanan |
Kata
sendratari sendiri berasal dari Seni
Drama dan Tari. “Drama
tari adalah sajian tari yang mengungkapkan cerita atau peristiwa baik cerita
secara utuh atau sebagian yang didalamnya terdapat struktur dramatik”. (Telaah
Teoritis Seni Tari;M.Jazuli; 1994)
Drama
tari tergolong dalam drama tradisional. Drama tari terdiri dari dua bentuk,
yaitu drama tari berdialog dan tanpa dialog. Drama tari berdialog adalah drama
tari yang dalam penyajiannya menggunakan dialog, baik oleh dalang (juru cerita)
maupun oleh penari itu sendiri. Jenis bahasa yang dipakai bisa berupa prosa
atau puisi. Drama tari tanpa dialog merupakan jenis drama tari yang dialognya
terungkap melalui gerak-gerak tari. Drama tari ini biasa disebut sendratari.
Pada
tahun 1961, Departemen Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata (PDPT)
memprakasai pertunjukan kolosal Sendratari Ramayana Prambanan. Letjen
Djatikusumo yang saat itu sebagai menteri PDPT dan salah satu putra Sunan Paku
Buwono X adalah pemakrasa Sendratari ramayana. Sendratari diterima sangat baik
oleh masyarakat. Dalam waktu yang relatif singkat, sendratari telah menyebar ke
Jawa Timur dan Bali. Biasanya cerita diambil berasal dari epos Ramayana dan Mahabharata,
karena masih terpengaruh oleh wayang orang dan wayang kulit. Tidak ketinggalan
carita rakyat juga mewaranai cerita yang terungkap dalam sendratari.
Terkadang didalam sendratari diringi oleh narasi singkat
untuk memperjelas cerita yang disampaikan. Seiring berkembangya waktu kadangkala
sendratari hampir menyerupai drama tari
berdialog. Fungsinya untuk pelengkap dan
menonjolkan adegan tertentu.
Melalui
cerita yang dibawakan dalam sendratari, banyak terdapat pesan nilai dalam
masyarakat. Sehingga sendratari merupakan salah satu wadah seni yang baik
sebagai pilihan berkreaitivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar