Social Icons

Pages

Jumat, 01 Juni 2012

Pengaruh Masjid Demak atas Perkembangan Seni Arsitektural

Candi Sukuh, Candi terakhir di tanah Jawa
Masjid Demak merupakan bangunan pelopor perubahan pola arsitektural masyarakat Jawa. Pada mula sebelum islam masuk, masyarakat jawa memiliki budaya kearsitekturan berupa Candi. Budaya membangun candi kemudian berhenti ketika masuknya pengaruh islam di tanah Jawa melalui Masjid Agung Demak sebagai mahakarya yang kemudian diteruskan pada masa berikutnya. Terjadi perubahan besar dalam tradisi seni arsitektural masyarakat  Jawa dari semula membangun Candi berubah menjadi tradisi membangun masjid dengan Masjid agung Demak sebagai pemicunya.

Perubahan seni arsitektural juga terkait pada material bangunan. Pada masa sebelum dibangun, masyarakat di tanah Jawa menggunakan batu sebagai material bangunan keagamaan seperti pada candi. Semenjak Masjid Agung Demak dibangun maka terjadi pergeseran tradisi material bangunan yang digunakan yakni menggunakan kayu, terutama kayu jati yang pada saat itu masih banyak terdapat di alam. Tidak heran 4 buah soko guru pada bangunan utama Masjid Agung Demak memiliki tinggi dan diameter yang besar.

Pola Hindu seperti unsur patung dalam bangunan mulai dihilangkan karena ketidaksesuaian dengan ajaran islam. Akibat tidak dipergunakannya patung sebagai media keagamaan dan keseharian, aktifitas keahlian masyarakatpun berubah.Semula masyarakatmemiliki keahlian dalam pahat-memahat batu, tapi semenjak kemunculan Masjid Agung Demak dan ajaran Islam yang disebarkan oleh Wali Sanga, masyarakat beralih keahlian mulai menekuni seni ukir.

Seni ukir semakin berkembang seiring ajaran islam yang memanfaatkan media tulis sebagai bagian dari seni kaligrafi. Seni kaligrafi mulai digeluti masyarakat seiring ajaran islam yang melarang penggunaan patung terkait akidah. Sebaliknya, tulisan menjadi media yang paling efektif dalam penyebaran islam. Seperti halnya larangan penggambaran Nabi Muhammad di media dua dimensi seperti lukisan, ataupun 3 dimensi dalam bentuk patung. Ketersediaan bahan baku kayu yang lebih mudah juga turut mendorong berkembangnya seni ukir didaerah pengaruh Demak. Oleh karena itu hingga sekarang seni ukir di daerah pesisir utara pulau jawa menjadi sentra seni ukir nasional salah satunya yang terkenal yakni di Jepara.

Semenjak dibangunnya Masjid Agung Demak serta semakin besarnya pengaruh Islam oleh kesultanan Demak dan para Wali Sanga, maka budaya pembangunan Candi terus memudar bahkan terhenti. Candi Sukuh tercatat sebagai bukti peninggalan terakhir candi hindu pada masa akhir kerajaan Majapahit. Candi Sukuh dibangun kira-kira pada tahun abad ke-15 Masehi. 

Menurut Arkeolog Belanda W.F. Stutterheim pada tahun 1930 menjelaskan kemungkinan pemahat Candi Sukuh bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton. Pembuatan relief candi terkesan kasar seakan dibuat karena tergesa-gesa. Diduga ketergesaan itu sebagai dampak politik masa keruntuhan kerajaan Majapahit seiring tekanan dari pengaruh islam kesultanan Demak. Digambarkan pula bahwa bala tentara pasukan Kesultanan Demak mulai mendesak Majapahit pada masa itu.

Sejarah mencatat semenjak dibangunnya Masjid Agung Demak pengaruh islam mengalami perluasan ke seantero Jawa bahkan hingga Malaka. Kemunculan masjid Demak beserta kekuatan kesultanan Demak mendorong kemunculan kesultanan-kesultanan Islam baru di tanah Jawa. Banten, Cirebon, Mataram, merupakan kesultanan-kesultanan Islam baru yang juga terdorong oleh Demak. Peran Agung Demak sendiri dalam perluasan wilayah islam adalah sebagai tempat bermusyawarahnya para Wali Sanga dengan Sultan Demak yang berkuasa dalam upaya penyebarluasan Islam termasuk dalam strategi penyerangan ke Malaka dan Sunda Kelapa dalam menghadang upaya Portugis yang mulai berusaha menguasai perdagangan. (RR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar