Social Icons

Pages

Minggu, 11 Maret 2012

Sekilas Tentang Bahasa Jawa


“Pokoke nyong ora bisa. Ronggeng iku kaya pohon kelapa, sapa bae bisa sluman-slumun manjat”. Pernah mendengar kalimat tersebut? Merupakan salah satu dialog dalam film Sang Penari yang mendapat penghargaan dalam Festival Film Indonesia sebagai film terbaik tahun 2011. 
Dialog di atas digunakan dalam film yang merupakan bahasa Jawa dialek Banyumas yang identik dengan kata-kata inyong, rika, dan bae. Dialek ini dipakai oleh masyarakat di daerah Banyumas dan sekitarnya. 
Dialek adalah variasi bahasa. Variasi dapat berupa perbedaan kata, huruf, atau pelafalan. Semua bahasa mempunyai dialek, begitu juga bahasa Jawa. Selain Banyumas ada banyak dialek seperti Tegal, Yogya-Solo, dan Surabaya. Dialek Solo-Yogya dianggap sebagai yang baku.
Bahasa Jawa mempunyai tingkat tutur. Tingkat tutur adalah pilihan bahasa yang digunakan untuk tata krama dan sopan santun. Secara garis besar ada dua tingkat tutur, yaitu ngoko dan krama. Tingkat tutur ngoko digunakan untuk berbicara dengan orang yang seusia dan sederajat. Tingkat tutur krama untuk berbicara dengan orang yang lebih tua dan dihormati. Adanya tingkat tutur membuat bahasa Jawa terlihat rumit dan sulit dipelajari.
Bahasa Jawa adalah satu dari sedikit bahasa daerah di Indonesia yang memiliki sistem aksara. Aksara Jawa terdiri dari dua puluh huruf yang berbentuk mirip aksara Bali dan Sunda. Saat ini aksara Jawa sangat jarang dipakai, tergantikan oleh aksara latin yang lebih universal. Penggunaan aksara latin membuat aksara Jawa semakin mendekati kepunahan. Meskipun di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur Sekolah Dasar masih mengajarkan aksara Jawa, namun masih kurang untuk menjaga eksistensi aksara Jawa.
Eksistensi aksara Jawa memang sedang terancam, namun tidak pada bahasanya Menurut Comrie (2003), ada dua puluh bahasa ibu di seluruh dunia yang memiliki jumlah penutur terbanyak dan bahasa Jawa ada di urutan ke-13. Data tersebut menunjukkan bahasa Jawa bernasib sangat baik, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan bahasa daerah lain di Indonesia yang berada diambang kepunahan.
Berdasarkan kajian Pusat Bahasa, Indonesia memiliki 726 bahasa daerah. Namun hanya 13 bahasa yang jumlah penuturnya lebih dari satu juta orang yaitu yaitu bahasa Jawa, Batak, Sunda, Bali, Bugis, Madura, Minang, Rejang Lebong, Lampung, Makasar, Banjar, Bima, dan Sasak. Selain bahasa-bahasa tersebut jumlah penuturnya sangat sedikit, seperti bahasa Halmahera yang penuturnya tinggal puluhan orang saja (Kompas, 14/11/2007).
UNESCO sebagai badan PBB yang mengurus masalah kebudayaan menunjukkan kepeduliannya terhadap bahasa dengan menetapkan tanggal 21 Februari sebagai hari bahasa ibu internasional. Pemerintah juga sudah memasukkan bahasa daerah ke dalam kurikulum sekolah. Kini tinggal kita sebagai masyarakat menunjukkan kepedulian terhadap kekayaan budaya kita ini. 

1 komentar: