Beberapa waktu terakhir ini bidang kebudayaan sedang gencar-gencarnya diangkat ke berbagai ajang. Pemerintah, media massa, hingga desainer, bergantian mengangkat tema budaya ke wilayah publik. Bersamaan dengan fenomena tersebut, kebudayaan Indonesia juga semakin dikenal dan diakui dunia. Setelah Wayang dan Keris, pada tahun 2009 Batik Indonesia menyusul diakui oleh Unesco sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity atau warisan kebudayaan takbenda manusia. Semakin terkenalnya kebudayaan Indonesia di dunia tentunya menuntut kita untuk semakin rajin mempelajari budaya sendiri. Jangan sampai bangsa lain lebih tahu kebudayaan kita.
Dari tiga bentuk kebudayaan kita diatas, batik dapat dikatakan sebagai yang paling berkembang saat ini. Motif-motif batik telah dikembangkan dalam berbagai bidang yang dulu dianggap sama sekali tidak ada hubungannya dengan batik atau kebudayaan, misalnya program komputer dan desain font. Nama buletin ini pun diambil dari nama sebuah motif batik.
Kata batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik” (Kusumaningtyas, Rindia Fanny: 2009). Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan proses pembuatan batik itu sendiri. Kata batik kemudian digunakan untuk menyebut kain dengan corak hasil pewarnaan menggunakan malam. Kain batik Indonesia sangat beragam, hampir setiap daerah mempunyai motif khas sendiri-sendiri, termasuk Batik Jawa.
Secara umum batik Jawa dapat digolongkan menjadi dua, batik keraton dan batik pesisir. Penggolongan ini selain berdasarkan tempat pembuatan, juga berdasarkan corak dan motif. Batik keraton pembuatannya berpusat di lingkungan sekitar keraton Yogyakarta dan Surakarta, sedangkan batik pesisir tersebar luas di daerah-daerah pesisir Jawa seperti Pekalongan, Lasem dan Cirebon. Warna dan motif batik keraton cenderung tidak banyak variasinya. Warnanya berkutat pada coklat, hitam, putih, dan biru tua. Batik pesisir lebih beragam, warna yang digunakan mencolok dan bermacam-macam. Motif batik keraton lebih bermakna simbolis dengan berlatar belakang kebudayaan Hindu dan Kejawen, sedangkan motif batik pesisir bersifat naturalis dengan latar belakang kebudayaan luar (Ensiklopedi Nasional Indonesia: 1997).
Motif batik keraton dapat dibagi lagi menjadi motif keraton Yogyakarta dan keraton Surakarta. Motif batik keraton Yogyakarta cenderung berwarna putih, biru tua, dan coklat sogan, sedangkan motif keraton Surakarta kebanyakan berwarna coklat kekuningan tanpa warna putih. Meskipun berbeda warnanya, namun secara makna filosofis kedua motif batik ini sama. Hal ini karena baik motif batik Yogyakarta maupun Surakarta berasal dari sumber yang sama, yakni motif batik keraton Mataram.
(WZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar