Social Icons

Pages

Sabtu, 11 Februari 2012

Tentang Blangkon


Sebagai simbol tradisi dan budaya masyarakat penutup kepala yang bernama blangkon  telah menjadi bagian kehidupan masyarakat Jawa khususnya di sekitar wilayah Yogyakarta dan Solo. Sebuah kisah mengawali tentang bagaimana adanya blangkon di tanah Jawa, kisah itu adalah tentang seorang bernama Aji Saka. Dalam kisah Aji Saka di ceritakan bahwa Saat terjadi pertempuran sengit antara dirinya dan raksasa bernama Dewata Cengkar (seorang raksasa penguasa tanah Jawa), Aji Saka berhasil menaklukkannya dengan cara menggelar sorban yang dapat menutupi seluruh pulau Jawa. Aji Saka sendiri dikenal sebagai sosok yang memperkenalkan aksara Jawa dan tahun Jawa.

Dari berbagai teori mengenai asal-muasal Blangkon menyebutkan pula bahwa pemakaian blangkon merupakan pengaruh dari budaya Hindu dan Islam yang diserap oleh masyarakat Jawa kala itu. Dari teori para ahli pula menyebutkan bahwa orang Islam yang masuk ke tanah Jawa berasal dari dua tempat yaitu daratan Gujarat dan daratan China atau Tiongkok, dan para pendatang ini juga telah menggunakan sorban atau kain pengikat kepala yang panjang dan lebar yang kemudian menginspirasi penduduk lokal untuk membuat penutup kepala yang dalam perkembangannya bernama Blangkon. Dari sinilah pendapat tentang adanya blangkon yang terinspirasi dari para pendatang China dan Gujarat.

Ada pula pendapat tentang asal muasal Blangkon dari para sesepuh, bahwa ikat kepala pada zaman dahulu tidaklah permanen yang selalu menempel dikepala, tetapi karena adanya krisis ekonomi akibat peperangan yang menjadikan kain menjadi bahan yang sangat istimewa maka pihak keraton meminta seniman untuk mencipta sebuah penutup kepala yang permanen serta mengurangi panjang kain yang digunakan untuk efisiensi.

Semakin memenuhi pakem yang sudah ditetapkan maka nilai suatu blangkon akan semakin tinggi, keahlian membuat blangkon membutuhkan ketrampilan tinggi “virtuso skill” pendapat budayawan bernama Becker.
Blangkon pada dasarnya merupakan kain yang di ikat atau udeng berbentuk persegi empat bujur sangkar. Ukurannya memiliki kelebaran 105cm x 105 cm, Ukurannya di hitung berdasarkan jarak garis lintang dari telinga kanan dan kiri melalui dahi, dengan ukuran terkecil bernomer 48 dan paling besar bernomer 59.

Blangkon Surakarta

 
Blangkon Yogyakarta



Blangkon memiliki berbagai model, seperti halnya blangklon yang menggunakan mondholan atau tonjolan di bagian belakang, ini adalah versi Yogyakarta. Tonjolan ini mengingatkan kita bagaimana rambut panjang orang pada masa itu yang diikat di bagian kepala sehingga memunculkan tonjolan ke belakang. Sedangkan yang berikutnya adalah balangkon model trepes, blangkon model ini adalah gaya Surakarta, gaya ini merupakan model modifikasi dari blangkon Yogyakarta yang menyesuaikan zaman sekarang bahwa kebanyakan pria berambut pendek. Model trepes sendiri membuatnya dengan cara menjahit mondholan langsung ke belakang blangkon.

Memang blangkon identik dengan suku Jawa, tetapi patut diketahui juga bahwa di berbagai suku bangsa ada juga tutup kepala yang hampir sama dengan blangkon hanya berbeda pakem dan gaya serta nama tentunya. Seperti halnya tutup kepala ala Sunda, Bali, Madura yang memiliki nama dan karakteristik tersendiri. (AKBP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar